Ummat Islam masih dibawah dominasi barat



Di tahun 2005, wajah dunia Islam masih didominasi oleh dominasi Barat dan ideologi kapitalisme (islam vs kristen). Meski sudah nampak berbagai geliat untuk membangkitkan umat ini di berbagai belahan negeri, namun pengaruh besar Barat dengan berbagai kebijakannya tetap menjadi penghalang utama. Nampaknya pemerintah Barat sadar, apabila ia tidak mengimbangi dinamika yang terjadi di dunia Islam secara cepat dengan berbagai strategi dan kebijakan, umat Islam akan segera bangkit dan mengeliminasi semua kepentingannya.

Adalah kebijakan dan propaganda hitam war againsts terrorism sebagai upaya mengecilkan umat Islam yang besar ini. Dengan dalih memerangi terorisme, Barat yang dikomandani Amerika Serikat (AS), mengobrak-abrik negeri-negeri Islam yang berpotensi melahirkan khilafah Islam, yang selama ini menjadi trauma sejarah bagi peradaban Barat. Lihat saja bagaimana komentar Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld saat ia menyatakan bahwa Irak dapat menjadi tempat yang kondusif bagi tegaknya khilafah. Rumsfeld menyatakan, "Jika tentara AS keluar dari Irak segera, Irak akan menjadi surga bagi teroris dan menjadi basis penyebaran Negara adidaya Islam yang akan mengancam dunia.... Irak akan menjadi basis negara Khilafah baru yang akan meluas ke Timur Tengah…" (Washingtonpost.com, 5 Desember 2005).

Propaganda hitam dibalik perang melawan terorisme ini sangat efektif untuk menciptakan inferiority complex (rendah diri yang akut) dalam tubuh umat Islam. Selain, semakin menciptakan kesan Islamophobia bagi umat Islam yang awam dan umat di luar Islam. Inferiority complex ini dapat kita lihat secara jelas dikalangan para ulama, pemimpin pondok pesantren dan madrasah, saat mereka terjebak dalam wacana jihad yang digulirkan oleh media. Beberapa kalangan akhirnya menafsirkan jihad sebagai aktivitas spiritual yang jauh dari kesan perang (qital). Padahal, ulama-ulama besar, katakanlah ulama madhab yang salah satunya menjadi rujukan mereka, telah menyepakati jihad sebagai aktivitas Qital al-Kuffar fi sabilillah li I'lai kalimatilllah, yang memiliki hukum dan akhlak yang mulia. Jadi sebenarnya, segala upaya untuk mengubah definisi syar'iy tentang jihad ini, bisa dikatakan sebagai bentuk pengkhianatan intelektual terhadap ulama-ulama yang selama ini kitab-kitabnya menjadi referensi utama kurikulum di pesantren yang dipimpinnya.

Sedangkan kesan Islamophibia akan muncul di tengah masyarakat muslim yang awam. Ia akan memahami bahwa fanatisme terhadap agama (istilah lainnya ketaatan yang ekstrem) akan membawa konflik dan menghancurkan kerukunan. Dan tentu saja, saat muncul istilah kelompok muslim moderat, ia akan lebih memilih kelompok ini tanpa menimbang terlebih dahulu sejauhmana kelompok ini berperan aktif dalam membangkitkan umat Islam dari keterpurukan dan menyadarkan masyarakat dari bahaya pemikiran sekular. Keberpihakan masyarakat awam ini lebih dikarenakan pemahaman Islam yang kurang memadai disamping pemikirannya sudah terlebih dahulu dipengaruhi oleh propaganda hitam.

Bagi masyarakat di luar muslim, citra bahwa Islam dan umatnya sebagai kelompok terorisme yang penuh kebrutalan dan setiap saat dapat mengancam mereka semakin menguat. Islam yang sebenarnya membawa rahmat bagi semesta alam seakan-akan dihilangkan dan diganti dengan Islam sebagai-mengutip istilah Tony Blair--evil religion .

Sikap Paranoid Barat
Bila kita cermati, gerakan politik Barat terhadap dunia Islam yang begitu menekan dan terkesan bertubi-tubi, sebenarnya dapat ditafsirkan secara positif. Pertama, sikap tersebut-jika ditinjau dari aspek psikis-merupakan cerminan paranoid akut. Barat begitu takut luar biasa apabila umat Islam sadar bahwa diri mereka tengah dieksploitasi, dipermainkan, dizalimi dan suatu saat akan dibinasakan oleh kekuatan Barat. Apabila kesadaran ini tumbuh secara masif, yang kemudian memunculkan pemahaman bahwa Barat adalah common enemy bagi umat Islam secara keseluruhan, tanpa melihat lagi permasalahan mazhab, entitas bangsa dan organisasi, bukan tidak mungkin gejolak besar penolakan atas Barat dan kepentingannya di dunia Islam akan terjadi. 

Penolakan ini apabila diperkuat dengan kebijakan politik oleh penguasa muslim setempat akan menjadi mimpi buruk (nightmare) bagi Barat. Disinilah perang pemikiran akan terjadi, antara pemikiran Islam yang berupaya menyadarkan umat Islam dengan propaganda Barat. Nampaknya Barat sadar tentang hal ini. Ia berupaya untuk memenangkan perang pemikiran ini. Mari kita cermati statemen Deputi Menhan AS, Paul Wolfowitz, ''Saat ini, kita sedang bertempur melawan teror-perang yang akan kita menangkan. Perang yang lebih besar yang kita hadapi adalah perang pemikiran. Jelas suatu tantangan, tapi juga harus kita menangkan.'' (Bridging the Dangerous Gap between the West and the Muslim world, U.S. Defense: 2002).

Kedua, sikap Barat ini mengindikasikan bahwa kekuatan pengubah dalam masyarakat muslim (harakah Islam) di seluruh belahan bumi memiliki pengaruh yang sangat besar. Pengaruh besar ini tentu saja bukan terletak dari sisi opini, melainkan dari besarnya pengikut dan pendukung. Singkatnya, untuk mempertahankan dominasinya, di beberapa negeri Islam, Barat hanya bertumpu kepada kekuatan penguasa an sich, yang itu pun tidak dapat diandalkan seratus persen. Sebab, kekuasaannya bisa sewaktu-waktu digulingkan oleh kekuatan umat (people power). Kasus seperti ini sudah banyak kita temui di negara Asia dan Timur Tengah. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan apabila dalam dokumen The National Security Strategy of the United States of America direkomendasikan agar AS "menjalankan peran langsung dan leluasa untuk menghancurkan ancaman".

Ketiga, Sikap ini sejatinya menunjukkan bahwa Barat telah kalah telak secara intelektual dan gagal membungkus kebohongannya dengan janji-janji indah. Segala makar dan topeng busuk di balik kebijakannya yang terlihat sangat humanis telah nampak terlihat. Untuk menutupi itu semua, penghancuran dan operasi militer menjadi pilihan terakhir. Di sisi lain, tanda-tanda kemenangan telah nampak bagi Islam dan umatnya. Bercermin dari perjalanan dakwah Rasulullah Saw, kemenangan dakwah Islam dan turunnya pertolongan Allah saat itu ditandai dengan semakin kerasnya kafir Quraisy menentang dan menzalimi Rasulullah saw dan pengikutnya. Dan ternyata, kondisi itu merupakan dari awal kemenangan dakwah Rasullulah saw dan akhir dari segala tipu daya dan kafir Quraisy. Tidak jauh berbeda dengan itu, kita berharap tindakan Barat dan rezim pendukungnya yang sangat vulgar dan brutal, menjadi satu indikasi pertolongan Allah Swt akan segera turun.

Mencermati Grand Strategy Barat
Kita umat Islam harusnya menyadari kekuatan dan potensi yang kita miliki, sehingga dengan potensi ini kita mengetahui kenapa Allah Swt menjuluki kita sebagai khairul ummah, umat yang terbaik (Q.S Ali Imran 110). Mengutip tulisan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, M. Ismail Yusanto, "The Global War on Terrorism: Propaganda kosong: Kedok untuk menutupi maksud sesungguhnya: Perang Melawan Islam". Potensi dan kekuatan yang dimiliki umat Islam diantaranya,
  • Negeri Islam adalah wilayah yang kaya sumber daya alam dan strategis secara geopolitis
  • Lebih 70% cadangan minyak dunia yang sangat vital itu ada di dunia Islam
  • Belum lagi sumber daya alam lain (emas, timah, tembaga, batubara, dan sebaganya)
  • Posisi negeri Islam (wilayah timur tengah, Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Selatan) berada pada titik-titik penting secara geografis, ekonomi dan militer.
  • Menguasai dunia Islam berarti menguasai pasokan energi dan SDA lain serta menguasi posisi strategis dunia
  • Islam juga adalah peradaban (hadharah) yang lebih unggul (Samuel P Huntington, the Clash of Civilization: 1996);
  • Peradaban Islam mempunyai konsepsi kehidupan yang khas dan unik; berbeda dengan Sosialisme maupun Kapitalisme, baik di bidang politik, pemerintahan, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan, maupun yang lain.
  • Islam adalah satu-satunya agama dan ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menenteramkan jiwa. Karena diturunkan oleh Dzat yang Maha Tahu akan fitrah, akal dan jiwa ciptaan-Nya.
  • Sumber daya manusia yang sangat besar (lebih dari 1,4 milyar), lebih besar dari pemeluk agama manapun
  • Sumber daya alam yang sangat melimpah lebih dari wilayah manapun
  • Posisi geografis yang sangat strategis secara ekonomi, politik dan militer
  • Dengan Islam sebagai pandangan hidup yang sempurna dan basis ideologi serta sistem politik yang khas, maka Islam dan Dunia Islam bakal menjadi rival potensial yang akan mengancam dominasi Barat di masa mendatang pasca era perang dingin
Melihat realitas potensi yang dimiliki umat Islam, adalah wajar apabila Barat berupaya untuk mengerdilkan posisi umat Islam, agar kesadaran bahwa ia sesungguhnya memiliki potensi besar dapat dieliminasi. AS dalam dokumen The National Security Strategy of the United States of America yang dirilis 2002 silam mensyaratkan agar AS menjadi polisi dunia dan harus bertindak unilateral dalam menghadapi ancaman teroris serta senjata pemusnah massal. Bila negara-negara lain tidak bersedia diajak serta, AS akan menggunakan kekuatan militernya untuk mengatur tatanan global. Tentu saja, objek utama dalam penerapan dokumen ini adalah dunia Islam, sebab hampir 80% potensi alam yang dapat dieksploitasi berada di dunia Islam. Oleh karena itu, kedepan AS akan berupaya menerapkan kebijakan yang tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Diantaranya adalah,
  • Pertama, mempertahankan dunia unipolar, dan terus mencegah munculnya kompetitor baru di Eropa dan Asia.
  • Kedua, terorisme diciptakan sebagai ancaman dan berupaya menciptakan situasi penuh teror.
  • Ketiga, mengganti konsep pencegahan (deterrence) Perang Dingin dengan mengimplementasikan konsep pre-emptive stike atas atau tidak persetujuan PBB.
  • Keempat, memaknai ulang arti kedaulatan sebuah negara, sehingga AS dapat leluasa untuk mengintervensi negara manapun dan kapanpun atas nama perang melawan terorisme.
  • Kelima, AS memainkan peran langsung dan leluasa untuk memusnahkan ancaman.
Mencermati kebijakan luar negeri AS ini, langkah yang sebaiknya ditempuh oleh umat Islam adalah mewujudkan persatuan dan kesatuan umat yang rapih, kuat dan tidak dapat dipecah belah. Oleh karenanya, upaya untuk melakukan dialog untuk menyamakan konsep-konsep substansial sangat urgen dilakukan. Selain itu, umat Islam wajib memiliki kesadaran yang benar tentang konsep Islam dan didukung dengan kesadaran politik yang memadai. Sehingga ia tidak dapat ditipu dan dipermainkan oleh propaganda Barat. Serta yang terakhir, terus menggulirkan metode dakwah yang dapat mengubah masyarakat dengan konsep intelektual, politis dan tentu saja didukung oleh masyarakat. Wallahu'alam bishawwab.

Oleh: Denny Kodrat
Penulis adalah ketua Laj. Siyasiyah HTI Jawa Barat

No comments: