AHLUL BAIT (4/6)

 
Ahlul Bait




" Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum; yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintaiNya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela. " (Al Maaidah: 54)
Urutan cinta seorang Muslim sejati, setelah mahabbatullah (cinta kepada Allah), dan mahabbaturrasul (cinta kepada rasul) adalah mahabbah kepada orang-orang yang beriman.  Rasa cinta yang Rasulullah dalam sebuah sabdanya melukiskan;
"Perumpamaan kaum mu'minin dalam cinta-kasih dan rakhmat hati, mereka bagaikan satu badan.  Apabila satu anggota menderita, maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh badan hingga tidak dapat tidur dan panas" (H.R Bukhari dan Muslim)
Rasa cinta yang demikian besar, yang muncul atas ni'mat Allah (Ali Imran: 103). karena Allah lah yang telah mempersatukan hati orang-orang yang beriman, yang tanpaNya niscaya meski dengan semua kekayaan yang ada di bumi tak akan dapat dipersatukan hati-hati itu (Al Anfal:63).
Bagi orang yang beriman rasa cinta kasih muncul dari kesadaran, bahwa mereka telah berikrar menolak semua ilah kecuali Allah.  Mereka mempunyai ghayyah (tujuan) yang sama; ikut, takut, dan cinta kepada Allah yang sama, Tuhan semesta alam.  Merekapun mengakui Muhammad bin Abdullah sebagai Rasulullah, uswatun khasanah, tauhiddul uswah.  Mereka hanya mempunyai satu contoh utama dalam pengabdiannya kepada Allah, yakni Nabi Terakhir,
Muhammad SAW, uswah yang sama.
Dalam mengarungi hidup ini seorang yang beriman memiliki pedoman hidup, jalan hidup yang sama, kompas yang akan menyelamatkannya dari ketersesatan di belukar ideologi manusiawi
; yakni dienul Islam.  Mereka memiliki kitab petunjuk yg sama, yang darinya furqon diperoleh.  Mereka adalah satu, satu ummah, dan bahkan dalam setiap harinya mereka shalat menghadap arah yang sama; Ka'bah di Makkah al Mukarromah.
Itulah unsur-unsur kesamaan yang mengikat jiwa seorang Muslim, yang menyatukan pijakan dan meluruskan tashawwur (pandangan). Sehingga memunculkan kesamaan jati diri, kesamaan syaksyiyah (kepribadian), dan kesamaan sejarah di masa lampau.
Kesadaran akan kesamaan sejarah adalah modal besar bagi tumbuhnya keterikatan masa lalu, keterikatan di masa kini, dan keterikatan di masa depan.  Kesamaan sejarah adalah kesamaan tawa dan tangis, kesamaan keringat dan air mata, kesamaan cerita diri, kesamaan kenangan.  Kesamaan sejarah akan membangkitkan nostalgia yang sama, kerinduan yang sama, dan harapan-harapan di masa depan yang sama.  Dan ini akan mengental dalam cita-cita kolektif yang sama, kesamaan fikir dan gerak.
Beranjak dari kesadaran sejarah itu dan misi yang diemban sebagai khalifah fil ardh untuk menyebarkan rakhmatan lil 'alamiin, tak ada cita-cita lain dari seorang yang beriman selain ukhuwah islamiyah, kesatuan ummat dalam aqidah yang lurus, kesatuan ummat dalam qiadah islamiah (kepemimpinan islam), yang darinya negeri-negeri islam yang terampas dikembalikan, yang darinya izzah (kebanggaan) sebagai seorang Muslim ditegakkan, yang darinya kemuliaan islam dipancarkan, di dalamnya peraturan Allah dan RasulNya ditegakkan, sehingga tidak ada lagi fitnah (penyembahan manusia terhadap selain Allah) di muka bumi dan semua penyembahan dikembalikan hanya kepada Allah, Allah lah Rabb sekalian alam, Allah lah Tuhan sekalian manusia yang jiwa kita ada ditanganNya.  Inilah cita-cita seorang Muslim sejati, cita-cita kolektif di masa depan.
Kesamaan jati-diri, kesamaan aqidah, kesamaan amanah yang digenggam, kesamaan sejarah, kesamaan misi.  Maka inilah cinta diantara orang-orang yang beriman, termasuk cinta kepada ahlul bait Rasulnya, Muhammad SAW.  Maka rasa cinta kepada para sahabat awallun Muslimin, salafus shalih, tak akan pernah akan berkontradiksi dengan rasa cinta kepada ahlul bait, karena ahlul bait adalah awallun Muslimin juga, dan sama-sama kaum yang beriman, dan bukan seperti keluarga Nabi Nuh AS yang membangkang. Inilah harmoni cinta, yang sumbernya hanya aqidah, bukan darah dan keturunan.
Hasbunallah wa ni'mal wakiil.
Wassalam,
abu zahra

No comments: