Memburu Jejak Bahtera Nuh

kisah nabi nuh


Penulis: A. Darmawan/Angkasa

Lokasi terdamparnya Bahtera Nabi Nuh tengah ditelusuri. Kini, paling tidak ada tiga satelit memusatkan kamera ke posisi barat laut Gunung Ararat, timur Turki. Anehnya, di lokasi berjulukan Anomali Ararat ini bertebaran titanium dan manggan. Padahal kedua logam baru berhasil diolah pada dasawarsa 1930-an.

Semuanya memang masih belum jelas benar. Tiga satelit pengindera jarak jauh dan satelit intelijen AS baru sebatas menangkap tonjolan es sebesar kapal induk. Sementara, sebuah tim ekspedisi baru berhasil mendapati jejak rusuk kapal, sekrup penghubung tiang, dan batu jangkar berlubang di atas dataran tinggi tersebut. Namun, hampir semua peneliti sama-sama menduga keras, jejak arkeologi ini adalah jejak reruntukan Bahtera Nabi Nuh.

Seperti dilaporkan penulis senior space.com, Leonard David (9/3/2006), satelit mata-mata resolusi tinggi AS QuickBird, Ikonos milik swasta, dan Radarsat 1 milik Kanada beberapa bulan terakhir telah ditugaskan mengunci sasaran tersebut. Satelit-satelit ini terpaksa dikerahkan karena otoritas Turki amat resisten terhadap pendatang asing. Penjelajahan lewat darat juga sulit dilakukan mengingat ganasnya cuaca dan beratnya rintangan alam.

Profesor Porcher Taylor, analis keamanan nasional AS asal Universitas Richmond, Virginia, mengaku gembira dengan ikut bergabungnya satelit-satelit itu. Bersama pihak CSIS (Center for Strategic and International Studies), Washington, ia telah mengikuti jejak tersebut sejak beberapa tahun lalu.

"Kini saya kembali optimis karena komunitas intelijen telah ikut mengidentifikasi jejak bersejarah ini," kata Taylor menunjuk orang-orang di belakang ketiga satelit yang memang biasa didayagunakan untuk misi intelijen itu. Kehadiran komunitas intelijen AS inilah yang kemudian mencuatkan pertanyaan: "Ada apa sebenarnya di balik situs tersebut? Mengapa AS sampai amat berkepentingan?"

Orang awam bisa saja menganggap situs tersebut sebagai tonjolan batuan Bumi. Namun, oleh karena bentuknya yang menyerupai dasar perahu dan lokasinya "kebetulan" sama dengan tempat terdamparnya Bahtera Nuh (seperti dimuat dalam Kitab Suci), rasa ingin tahu pun muncul. Perbandingan panjang dan lebar situs nyaris sama dengan yang digambarkan Kitab Suci, yakni 6:1. Besarnya kira-kira sama dengan kapal induk modern terbesar.

Jejak arkeologis yang kerap tertutup salju itu persisnya teronggok di punggung Pegunungan Ararat, Turki, pada koordinat 39º26' LU dan 44º14'BB, di ketinggian sekitar 6.500 kaki, dekat perbatasan Armenia, Georgia, dan Iran.

Seperti dipaparkan dalam Kitab Kejadian, Injil, pada masa sebelum Kristus lahir (Sebelum Masehi), Tuhan memerintah Nabi Nuh membuat semacam kapal yang amat besar untuk menyelamatkan keluarganya dan binatang-binatang dari ancaman air bah. Air bah akan muncul karena Tuhan akan menurunkan hujan selama 40 hari 40 malam. Semua perintah dilakukan dan bahtera kemudian tertambat di sekitar Pegunungan Ararat.

Teka-teki Anomali Ararat tiba-tiba mencuat setelah seorang bocah suku Kurdi penggembala asal Desa Uzengili, Turki, membeberkan secuil jejak kepada penduduk asing. Bocah itu bernama Reshit Sarihan, dan itu terjadi pada Mei 1948. Tak jelas bagaimana ceritanya, secuil info itu akhirnya sampai ke kuping orang AS dan mereka pun berdatangan. Ada yang mengatasnamakan dirinya kelompok peneliti independen. Ada pula yang, setelah ditelusuri, merupakan suruhan Badan Intelijen AS, CIA. Mereka berdatangan sejak 1950-an.

Diantara yang kemudian bersusah-payah mendaki Ararat, uniknya, adalah mantan astronot Apollo 15, James Irwin. Sayangnya niatan wakil Yayasan High Flight, organisasi nirlaba yang berpusat di Colorado Spring ini, kandas. Sebelum mencapai lokasi, tim Irwin keburu dicegat Polisi Turki dan dipaksa turun kembali. Polisi Turki bahkan tak memperbolehkan Tentara Turki memasuki daerah ini karena hanya akan mengundang ketegangan dengan kaum pemberontak Kurdi.

Ketatnya penjagaan dan ganasnya alam di sekitar dataran tinggi Ararat toh tak mengandaskan keinginan orang-orang AS itu. Tak bisa lewat darat, berbagai upaya mengintip dari udara pun ditempuh. Mulai dari mengerahkan pesawat mata-mata, satelit pengintai, sampai "menyewa" pesawat tempur AU Turki demi sekadar melintas dan memotret situs dimaksud.

Diakui atau tidak, tampaknya ketertarikan para petualang itu bukan hanya karena nilai sejarahnya, tetapi juga material yang tertinggal di lokasi tersebut. Sebuah info terbatas mengatakan, di sekitar jejak bahtera tersebar artifak dari bahan titanium dan manggan. Kedua material, bukan rahasia lagi, begitu langka dan amat diburu negara maju. Titanium adalah metal yang lebih keras dari baja dan amat bagus sebagai bahan senjata.

Sementara manggan tak lain adalah bahan campuran logam (besi, baja, dan alumunium) yang juga biasa digunakan untuk senjata, mesin, dan elektronik.

Keberadaan logam-logam tersebut tak ayal memunculkan pertanyaan serius. Pasalnya, titanium baru berhasil diolah manusia pada tahun 1930-an. Sementara kejadian air bah yang diarungi Bahtera Nuh, menurut hitungan teologi, kira-kira berlangsung antara tahun 3000 hingga 3200 Sebelum Masehi.

Di tengah keoptimisannya, kening para ilmuwan pun berkernyit. Ah, jangan-jangan ini peninggalan pesawat ruang angkasa makhluk asing…*


Ketajaman Mata QuickBird 2
Salah satu pemburu jejak itu adalah QuickBird 2. Karena "bermata" khusus, satelit ini diluncurkan spesial dari Pangkalan Udara Vandenberg, California. Saat ini QuickBird 2 dikenal sebagai satelit komersial dengan kamera resolusi tertinggi di dunia. Dioperasikan EarthWatch Incorporated, Longmont, Colorado, satelit ini mampu melihat jelas obyek sepanjang setengah meter di Bumi. Jauh sebelum QuickBird dikerahkan, lewat tangan CIA, AS mengerahkan Keyhole. Kepekaan mata satelit ini hampir sama edannya dengan QuickBird. Keyhole telah memotret Gunung Ararat sejak 20 Desember 1973. *

Disalin dari milis Masjid AnNahl

No comments: