Orang yang paling berani

Sahabat Rasulullah SAW


Al Bazzar meriwayatkan dalam kitab Masnadnya dari Muhammad bin Aqil katanya, "Pada suatu hari Ali bin Abi Talib pernah berkhutbah di hadapan kaum Muslimin dan beliau berkata, "Hai kaum Muslimin, siapakah orang yang paling berani ?"

Jawab mereka, "Orang yang paling berani adalah engkau sendiri, hai Amirul Mukminin." Kata Ali, "Orang yang paling berani bukan aku tapi adalah Abu Bakar. Ketika kami membuatkan Nabi gubuk di medan Badar, kami tanyakan siapakah yang berani menemankan Rasulullah s.a.w dalam gubuk itu dan menjaganya dari serangan kaum Musyrik ? Di saat itu tiada seorang pun yang bersedia melainkan Abu Bakar sendiri. Dan beliau menghunus pedangnya di hadapan Nabi untuk membunuh siapa saja yang mendekati gubuk Nabi s.a.w. Itulah orang yang paling berani."

"Pada suatu hari juga pernah aku menyaksikan ketika Nabi sedang berjalan kaki di kota Mekah, datanglah orang Musyrik sambil menghalau beliau dan menyakiti beliau dan mereka berkata, "Apakah kamu menjadikan beberapa tuhan menjadi satu tuhan ?" Di saat itu tidak ada seorang pun yang berani mendekat dan membela Nabi selain Abu Bakar. Beliau maju ke depan dan memukul mereka sambil berkata, "Apakah kamu hendak membunuhorang yang bertuhankan Allah ?"

Kemudian sambil mengangkat kain selendangnya beliau mengusap air matanya. Kemudian Ali berkata, "Adakah orang yang beriman dari kaum Firaun yang lebih baik daripada Abu Bakar ?" Semua jamaah diam saja tidak ada yang menjawab. Jawab Ali selanjutnya, "Sesaat dengan Abu Bakar lebih baik daripada orang yang beriman dari kaum Firaun walaupun mereka sepuluh dunia, kerana orang beriman dari kaum Firaun hanya menyembunyikan imannya sedang Abu Bakar menyiarkan imannya."

Pikiran Membentuk Diri Kita

 
Kekuaran Pikiran



Dalam sebuah kisah diceritakan, seorang petani menemukan telur elang dan menempatkannya bersama telur ayam yang sedang dierami induknya. Setelah menetas, elang itu hidup dan berperilaku persisi seperti anak ayam karena ia mengira dirinya memang anak ayam.

Pada suatu hari, ia melihat seekor elang dengan gagah terbang mengarungi angkasa. 

"Wow, luar biasa! Siapakah itu? Terbang cepat sekali dan terlihat gagah," katanya penuh kekaguman.
"Itulah elang. Raja segala burung! Sahut ayam disekitarnya.
"Kalau saja kita bisa terbang, ya? Luar biasa!" ujar elang kecil itu.
Para ayam menjawab,"Ah, jangan mimpi! Ia makhluk angkasa, sedang kita hanya makhluk bumi. Kita hanya ayam!"

Elang itu melihat ada banyak kesamaan antara dirinya dengan elang yang sedang terbang. Ia menyakini bahwa dirinya pun sanggup untuk terbang. Namun, ayam-ayam disekitarnya selalu mengatakan bahwa dirinya adalah ayam, itulah kekuatan pikiran. Mereka mengatakan kalau ia tidak bisa terbang karena ia adalah hanya seekor ayam. Akhirnya, elang itu makan, minum,menjalani hidup, dan akhirnya mati sebagai seekor ayam.

Begitulah, kita sesuai dengan anggapan kita sendiri. Berpikir seperti seorang juara bisa membuat kita benar-benar menjadi juara. Berpikir menjadi orang yang selalu kalah dan rendah malah benar-benar membuat kita selalu menjadi orang rendahan. Pikiran adalah sumber kekuatan yang dahsyat. Sudut pandang yang ada dalam pikiran kita akan mempengaruhi apa yang kita lihat. Ini bisa menjebak.

Ketika kita mempunyai pikiran bahwa orang negro itu jahat dan setiap kita melihat orang yang kulit hitam legam, tubuh kita bereaksi untuk bersikap waspada dan menjauhinya. Namun, ketika orang itu malah membantu, kita terkejut dan menyangka ia pasti memiliki maksud tertentu.

Ketika kita mempunyai pikiran bahwa kita adalah orang biasa, kita pun akan hidup dan mati seperti orang biasa, Namun, ketika kita yakin kita bukan orang biasa, yaitu orang yang ditakdirkan menjadi orang yang luar biasa, kita akan berusaha lebih keras daripada usaha orang lain. Bukan bermaksud menjadi takabur, tetapi agar menjadi lebih kuat. Tambah dan perluaslah wawasan hidup agar kita dapat memiliki sudut pandang yang lebih kaya. ( dikutip dari buku "Bahagia Tanpa Batas" )

" Jika Anda ingin keberhasilan biasa, perbaikilah perilaku ;
Jika Anda ingin keberhasilan besar, perbaiki pola pikir "
( Stephen R. Covey )