24 Tuntunan Muslimah Berhias

Muslimah Berhias


Sumber : Buku Tuntunan Muslimah ( Drs. Muhammad Thalib )
Irsyad Baitus Salam

Tuntunan muslimah berhias

  1. Tidak memakai wangi-wangian

Dari ( Abu Musa 0 Al-Asy’ari, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Siapa pun perempuan yang memakai wewangian, lalu melewati sekelompok laki-laki agar mereka dapat mencium bau wanginya, maka dia laksana perempuan yang berzina.” ( HR.Nasai no.5036 CD, Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad dan Darimi )

Dari Abu hurairah, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : “ Siapapun perempuan yang memakai asap wangi-wangian, maka janganlah ia hadir shalat “isya bersama kami.” ( HR. Muslim no.675 CD, Abu Dawud, Nasa’I dan Ahmad )

Dari Zainab Ats-Tsaqafiyyah bahwa Nabiyullah saw,bersabda : “ Siapa saja diantara kalian ( kaum wanita ) yang keluar menuju masjid, jangan sekali-kali memakai wangi-wangian.” ( HR. Nasa’I no.5041 CD, dan Muslim )

Dari Abu Hurairah, ia berkata : “ Rasulullah saw, bersabda : ….” Dan parfum wanita adalah yang nampak warnanya tetapi tersembunyi baunya.” ( HR. Tirmidzi no.2711 CD, Nasa’I dan Abu Dawud )

Penjelasan

Hadits pertama, kedua dan ketiga menjelaskan ada larangannya kepada kaum perempuan muslim memakai wangi-wangian ketika keluar rumah.

Hadits keempat menjelaskan wewangian yang boleh digunakan oleh seorang perempuan adalah wewangian yang baunya tidak menyengat hidung walaupun warnanya membekas dengan jelas pada pakaian yang diolesinya. Inilah wewangian yang boleh dipakai oleh muslimah.

bersambung Insya Allah.......

Mertua Sayang

Ibu Mertua


Kamis,08-06-2006/Thn-VI
Seri Hikmah dan Kisah

Mertua Sayang

Oleh Lizsa Anggraeny

Menurut cerita, tidak cocoknya hubungan mertua dan menantu merupakan salah satu masalah klasik yang sering terjadi setelah pernikahan. Berbagai macam konflik kerap terjadi seputar hal ini. Ada mertua yang galaklah, cerewetlah, tidak suka sama menantu dan berbagai alasan `miring` lainnya yang membuat suasana tidak harmonis. Terutama jika sang menantu tinggal bersama dengan mertua, bentrokan pasti terjadi.

Bersyukur saya, ketika awal pernikahan mendapatkan mertua yang begitu baik hati. Antara saya dan mertua, khususnya ibu mertua cocok-cocok saja. Malah perhatian ibu mertua saya rasakan lebih dari perhatian ibu kandung sendiri. Secara rutin beliau selalu mengirimkan khabar lewat telpon dan menanyakan keaadaan saya yang tinggal jauh dengannya. Beberapa wejangan ataupun resep-resep rahasia keluarga beliau turunkan pada saya.

Seiring dengan bertambahnya usia pernikahan dan belum hadirnya buah hati, saya merasakan ada sedikit perubahan dari sikap ibu mertua. Semula saya menduga ini hanyalah perasaan sensitif saja. Namun jika diamati, ternyata memang ada yang lain. Sikap ramahnya berubah menjadi agak dingin. Sapaannya terasa hanya basa basi saja.

Semua yang saya kerjakan sepertinya selalu salah di mata beliau. Ketika saya membawakan oleh-oleh makanan manis, beliau mengatakan gemar makanan asin. Dan ketika saya membawa oleh-oleh makanan asin, beliau menampiknya dengan alasan takut darah tinggi. Pembicaraan yang sering beliau arahkan pada saya selalu masalah keinginannya memiliki cucu. Jika kami bertemu sudah pasti masalah `si cucu` ini selalu keluar. Yang kadang membuat saya bosan untuk mendengarnya serta menjadi beban tersendiri bagi saya yang memang belum berhasil memberikan beliau seorang cucu yang didambakannya.

Keadaan ini berlangsung lama dan ini betul-betul membuat saya membatin. Saya menjadi tidak suka jika diminta datang untuk acara-acara yang diadakan keluarga suami. Yang ada dalam benak, pasti muncul sikap ibu mertua dengan wajah dinginnya. Akhirnya saya berusaha membuat jarak dan menjauh dari ibu mertua.

Di saat menjaga jarak ini, hati saya bukannya membaik, malah makin membatin. Ada perasaan tidak enak diliputi rasa bersalah. Saya khawatir, sikap menjauh ini akan mempengaruhi hubungan suami dengan sang ibu akan memburuk. Apalagi jika saya teringat cerita Wail bin Khatab maupun Al-Qomah yang terjadi di zaman Rasulullah saw, bergidik rasanya.

Wail bin Khatab yang menderita sakit mengerikan saat menghadapi kematian. Menggelepar-gelepar mengeluarkan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuh disertai tangan dan kakinya yang kaku merengang tegang menghadapi sakaratul maut. Begitu pula Al-Qomah seorang shaleh yang saat naza`sakaratul maut, lidahnya terkunci tidak bisa mengucapkan kalimat Tauhid. Semua disebabkan karena sikap mereka yang lebih mengutakaman isteri hingga menyakiti perasaan sang ibu. Saya tidak ingin hal ini terjadi pada suami. Na`udzubillahimin dzalik.

Akhirnya saya melakukan introspeksi diri. Saya mencoba merubah sikap menjauhi dengan sikap mendekati ibu mertua. Saya hapus sikap menelan kata-kata kurang sedap beliau dengan sikap memantul kata-kata. Atau istilah `kerennya` masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Hingga ucapan tak enak ataupun sikap dinginnya tak sempat meresap dan meracuni pikiran saya. Senyum, saya usahakan untuk selalu tersenyum di hadapannnya. Berusaha menjaga perasannya dengan menahan emosi pribadi.

Saya berusaha menjadi pendengar setia untuk semua keluh kesahnya. Setiap keluhan yang berhubungan dengan belum hadirnya cucu, saya akan jawab dengan kata-kata ringan. “Doakan ya Ma, mudah-mudahan Allah memberi kepercayaan,” yang akan dijawab anggukan ibu mertua.

Saya percaya, galaknya mertua, cerewetnya mertua, atau cap miring apalah yang ada pada mertua, tidak lebih semata-mata karena mereka pun adalah manusia. Hamba Allah yang tak lepas dari sifat baik dan sifat buruk. Tinggal bagaimana sang menantu menyikapinya. Saya mencoba taktik mengalah untuk menang dengan bersabar. Memang tidak mudah, tapi saya percaya bahwa Allah Maha membolak-balikan hati.

Kini, menjelang sembilan tahun pernikahan, kesabaran saya membuahkan hasil. Saya mendapatkan kembali ibu mertua yang sangat baik dan penuh perhatian. Rasanya beliau semakin menyayangi saya begitupun sebaliknya. Beliau tidak pernah `rese` lagi menyakan masalah belum hadirnya cucu dari saya. Malah beliaulah kini yang menjadi tameng bagi saya saat orang-orang mulai sering mempertanyakan keadaan saya yang belum juga dikaruniai keturunan.

Bagi saya, kini ibu mertua seperti sahabat yang bisa diajak curhat. Kalaupun ada pergesekan, saya anggap hal yang wajar tidak perlu dimasukan ke hati. Jangankan dengan ibu mertua, dengan orang tua sendiri yang melahirkan kita pun kadang konflik itu terjadi. Yang penting ada usaha menyangangi mertua, biar tetap disayang.

- Renungan diri,aishliz et yahoo.com.sg- FLP Jepang
eramuslim.com

AHLUL BAIT [2/6]


Ahlul Bait Indonesia



Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh


Ketika Hijrah, Rasulullah berjalan bersama abu bakar r.a, berdua dalam pengejaran pembunuh bayaran kaum Quraish.  Allah menyelamatkan keduanya di gua Tsur.  Ketika malam tiba, abu bakar merobek pakaiannya untuk alas tidur Rasulullah.  Maka Rasulullah tertidur dengan pulas dalam pangkuan abu bakar.  Meski terasa pegal tak digerakkan juga badannya, khawatir mengganggu tidur Rasulullah.  Sampai kala jengking menyengat kakinya.  Sengatannya demikian perih dan mengucurkan darah segar pada kaki abu bakar, namun tak juga digerakan badannya, sampai akhirnya abu bakar yang kokoh, tegar, dan gagah mengucurkan air mata karena perihnya luka.

Rasulullah terbangun karena hangat air mata abu bakar menetes dan membasahi badan beliau. Terkejutlah beliau manakala melihat kaki yang terluka disengat kala jengking.  Dengan izin Allah akhirnya luka itu sembuh setelah diobati Rasulullah.


Seorang yang beriman sejak memproklamirkan bahwa tiada ilah ('yang dicintai') selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah, maka rasa cinta kepada Allah mengambil bentuk awal berupa rasa cinta kepada Rasulullah.  Mahabbaturrasul (cinta kepada rasul) ini berujud "sami'na wa atha'ana" (dengar dan taat) pada perintah rasul, berendah hati, mendahulukan, melindungi, dan kasih-sayang kepada beliau. dan mencintai ahlul baitnya.


Dan cintailah akhli rumahku demi cintamu kepadaku. "


Generasi terbaik ummat ini mencontohkan betapa mahabbaturrasul bukan hanya terbatas pada salam dan salawat, namun juga membentengi Rasulullah dari mara bahaya dalam banyak peperangan, tampil membela islam dari hinaan  orang-orang yang suka menghina serta celaan dari orang-orang yang suka mencela.  Bagi mereka mencintai Rasul bukan lagi sebuah perintah, tapi sesuatu yang memang telah ada di dalam dada mereka, dalam merah darah mereka, dalam setiap kebersamaan mereka bersama Rasulullah dan mengikuti petunjuk-petunjuknya.  Bagi mereka rasa cinta kepada Rasulullah adalah hal yang otomatis setelah mereka mengakui islam dan membaiatnya.  Dan ini mewujud dalam pembuktian baik ketika periode Makkah maupun Madinah.


Mahabbaturrasul muncul dari keikhlasan dan ketulusan syar'i, rasa sayang yang Allah tumbuhkan, yang tak dapat ditumbuhkan manusia meski dibelanjakan seluruh kekayaan yang meliputi dunia. Rasa sayang yang melebihi rasa sayang terhadap bapak-bapak, anak- anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang diusahakan, perniagaan yang dikhawatiri kerugiannya, rumah-rumah yang disukai.  Bahkan rasa sayang yang melebihi rasa sayang kepada diri sendiri.


Al Mahabbah, cinta yang seperti itu pun dipinta orang yang dicintai untuk kita berikan kepada kecintaannya, ahlul bait. Orang yang mencinta akan menuruti keinginan orang yang dicintai. Inilah bukti cinta. Karena cinta tidak cukup dengan dan hanya dengan kata-kata.

Hasbunallah wa ni'mal wakiil.
 
Abu-Abdullah

 - Bersambung (3/6) -

Allah tujuan kita (7/7)


Allah


Allahu ghayatuna -> Allah tujuan kita (7/7)


Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Saudara-saudariku yang dikasihi,


Alhamdulillah, Allah Ta'ala telah memberikan hidayah yang berupa iman dan Islam kepada kita. Paling tidak dengan nikmat ini kita masih punya kesempatan untuk mendapatkan surga-Nya. Betapa banyak di sekitar kita orang-orang yang masih bingung,

- tak jelas apa dan mengapa mereka hidup di dunia,
- tak jelas siapa idola dan teladan yang dicontohi
- tak jelas aturan hidup yang diikuti
- tak jelas jalan hidup dan jalan fikirannya
- tak jelas cita-cita luhur yang hendak diidam-idamkan.


Alhamdulillah, dengan iman dan Islam kita, kita tahu pasti dan yakin bahwa Allahlah di balik semua kehidupan ini...Dialah "yang responsible" terhadap keberadaaan kita dan kemusnahan kita, dan masa depan kita. Sampai kita pada kesimpulan dan ikrar kita.
 

Abu-Abdullah

AHLUL BAIT [1/6]


Ahlul Bait Idonesia



Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh

AHLUL  BAIT


Hendaklah kalian mencintai Allah karena Dia memelihara kalian dengan nikmat-nikmatNya. Dan cintailah aku demi cintamu kepada Allah. Dan cintailah akhli rumahku demi cintamu kepadaku. (H.R. At Tirmidzi, Al Hakim dari ibnu abbas)

Ketika serial Asy-syura tentang ahlul bait ditayangkan, maka hati-hati yang cinta akan ahlul bait merasakan sejarah dirinya berulang di depan kaca bisu.  Mereka terkesima, berdegup, sedih, haru serta muncul perasaan duka mendalam.


Karena ahlul bait adalah keluarga Rasulullah Sholallahu Allaihi Wassalam, keluarga Nabi kita, junjungan yang kita cintai, pembawa risalah yang karenanya kita menerima al-islam. Ahlul bait adalah cermin kita yang izzah (kemuliaan) mereka adalah izzah kaum Muslimin, izzah kita semua, Yang al qur'an mulia menyebut dan mengabdikan mereka.

"Ya ahlul bait, Allah akan membersihkan kamu sebersih-bersihnya"


Betapa hati kita terasa teriris, manusia-manusia mulia yang datang ke kuffah untuk suatu kemuliaan Islam malah mendapat suatu penghinaan bahkan pembantaian biadab dari orang-orang yang mengaku mengimani Rasulullah Muhammad.

Hampir-hampir seperti mimpi ada manusia yang penuh kontradiksi semacam itu; berkata mencintai Rasulullah namun menghinakan cucu-cucu dan ahlul baitnya. Sepertinya mustahil muncul manusia yang bersalawat dan menyampaikan salam kepada junjungan kita Khotamul anbiya wal mursalin, namun dengan teganya menyusahkan para akhli keluarga beliau.  Bandingkan dengan sahabat awallun Muslimin, yang jangankan akan menyusahkan ahlul bait,  menukar nyawa sendiri agar rasulullah tak tertusuk duri sekalipun akan mereka lakukan.


Bahkan para pembesar quraish sampai frustrasi menghadapi manusia-manusia baru, manusia-manusia aneh, yang demikian cinta dan tunduk patuh kepada Rasulullah lebih dari rasa cinta dan tunduk patuh mereka pada bapak-bapak atau ibu- ibu mereka.  Mereka bertabarruk, berebut untuk menerima makanan sisa dari Rasulullah, berebut untuk mendapat air bekas wudhu Rasulullah, saling berlomba untuk memberi kebaikan kepada belahan hati mereka.


Para sahabat awallun Muslimin menyebut putri Rasulullah, sebagai az zahra, fatimah az zahra.  Zahra adalah bunga. Bunga islam, bunga dari segi akhlaq, kehalusan dan segalanya.

Para sahabat mencintai fatimah az zahra lebih daripada mereka mencintai anak-anak mereka sendiri.  Mengapa ?  Karena fatimah az zahra adalah putri junjungan mereka, putri seseorang yang telah menyelamatkan mereka dunia dan akhirat, putri Rasulullah yang karena perantaraan beliau azab neraka yang sangat dahsyat ditukar dengan syurga yang penuh dengan kenikmatan.


Maka kita menjadi sepakat hanya manusia-manusia biadab saja yang berakhlaq seburuk itu kepada ahlul bait di kuffah. Adalah mustahil manusia yang berkhudwah, beruswah kepada tauhidul uswah, Rasulullah SAW akan bersikap tak sopan kepada ahlul baitnya. Dimana al hub (cinta)?  Dimana tabarruk?


Inilah salah satu fitnatul qubra (fitnah besar) bagi dien Allah, munculnya sekelompok manusia yang mencoreng-moreng izzatul Islam, mencoreng islam dengan alasan islam, menghancurkan islam dengan senjata islam.  Mereka jahil, tapi mereka tidak sadar.


Insya Allah kita dimasukkan Allah dalam kelompok manusia yang cinta akan ahlul bait lebih dari rasa cinta kita kepada keluarga kita sendiri, amiin.

Abu-Abdullah

MUI Fatwakan SMS Berhadiah Haram

Undian Berhadiah



Rabu, 31 Mei 06 :

Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia Majelis Ulama Indonesia (MUI) memfatwakan bahwa SMS berhadiah yang saat ini semakin marak, haram hukumnya karena mengandung unsur judi. 

"Itu karena hadiah undian SMS di sini bersumber dari akumulasi hasil perolehan dari SMS, di mana tarif SMS tersebut di luar ketentuan normal," kata Ketua Komisi Fatwa MUI Ma`ruf Amin kepada pers di Jakarta, Selasa. 

Fatwa itu adalah salah satu fatwa hasil keputusan Ijtima Ulama di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, pada 26 Mei 2006 yang dihadiri lebih dari seribu ulama. 

SMS berhadiah tersebut, ujarnya, termasuk judi karena mengandung unsur mengundi nasib dengan cara mudah, pemborosan, menghambur-hamburkan uang untuk permainan yang tak jelas, membahayakan pihak lain yang menderita kekalahan, membangkitkan fantasi, ketagihan dan mental malas tak berbeda dengan judi. 

Fatwa lainnya yang juga dikeluarkan, ujarnya, masalah nikah di bawah tangan yang hukumnya sah karena terpenuhi syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat mudharat berhubung tidak dicatat resmi pada instansi berwenang. 

"Pernikahan ini berdampak negatif terhadap istri atau anak yang akan dilahirkan terkait dengan hak-hak mereka seperti nafkah, waris dan lainnya yang sulit dituntut untuk dipenuhi akibat tak tercatat resmi," katanya. 

Ijtima Ulama juga memutuskan pembiayaan pembangunan dengan utang diperbolehkan dalam keadaan darurat, dengan ketentuan dimanfaatkan secara efisien bagi kelangsungan pembangunan dan haram untuk disalahgunakan. 

Utang itu, ujarnya, juga wajib menggunakan skim yang tak bertentangan dengan syariah seperti skim ribawi, namun jika belum memungkinkan untuk sementara dapat menggunakan skim konvensional. 

Fatwa-fatwa lainnya antara lain soal transfer embrio ke rahim titipan, urainya, baik hasil inseminasi buatan berasal dari sperma suami dan ovum isteri namun jika bukan rahim istri yang memiliki ovum itu maka hukumnya haram. 

Sedangkan pengobatan alternatif dibolehkan jika tidak mengandung syirik atau sihir. Fatwa lainnya adalah pemingsanan (stunning) pada binatang ternak sebelum penyembelihan hukumnya halal namun tak dianjurkan. Sedangkan penggunaan organ tubuh manusia untuk pangan, kosmetik, dan obat-obatan hukumnya haram. 

Sementara itu penggunaan mikroba yang keluar bersama kotoran bayi setelah terjadi pembiakan beberapa kali untuk proses produksi pangan dibolehkan. 

Fatwa lainnya soal pengelolaan sumber daya alam (SDA), yang pada dasarnya adalah milik Allah dan diamanatkan kepada manusia, diserahkan pengelolaannya kepada negara untuk kemakmuran rakyat. "Karena itu pengelolaan SDA harus efisien dan memperhatikan kelestarian alam serta keberlanjutan pembangunan," katanya.( ant/Cn08 ) 

Sumber : Suara Merdeka

Allah tujuan kita (6/7)


Allah


Allahu ghayatuna -> Allah tujuan kita (6/7)


Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Saudara-saudariku yang dikasihi Allah,


Setiap da'i yang baik tentu menyadari bahwa apabila ia mengikhlaskan amalnya untuk Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan mencatat setiap amalnya sebagai hasanat (kebaikan). Ia menyadari bahwa setiap gerak langkah, kata nasehat yang diucapkan, bahkan setiap detik waktu yang dilaluinya bersama mad'unya (penerima da'wah), termasuk hal yang mubah hukumnya, akan bernilai ibadah. Bukankah Rasulullah SAW pun bersabda:


"Senyummu di wajah saudaramu adalah merupakan shodaqah bagimu." (HR. Ibnu Hibban)


"Janganlah kalian menganggap sepele dari kebaikan sedikitpun, walau pun hanya dengan menyapa saudaramu dengan muka manis." (HR. Muslim)


Karenanya, sebagai da'i kita dituntut untuk selalu takut kepada Allah Azza wa Jalla selama melakukan pentarbiyahan. Al-Qur'an menggambarkan sifat ikhlas salafus sholeh terdahulu dalam firman Allah:


"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yanb segera memperolehnya" (Al-Mu'minun 60-61)


Para salafus sholeh senantiasa bersedekah, memberi sesuatu yang dimilikinya kendati mereka sangat memerlukan apa yang diberikannya itu. Namun di sisi lain, hatinya senantiasa dipenuhi dengan rasa takut tidak diterima sedekahnya oleh Allah. Itulah yang dimaksud dengan ihsan dalam berbuat kebaikan.


Demikian pula tatkala mereka mengajar dan membimbing orang lain ke jalan Allah. Mereka membimbing sambil mendo'akan para mad'unya, dan selalu gembira dengan peningkatan iman mad'unya.


Keteladanan para salafus sholeh ini mengisyaratkan agar sebagai da'i kita hendaknya senantiasa mensucikan jiwa, takut kepada riya', dan mohon kepada Allah agar amal kita diterima.


Untuk itu kita wajib mengikhlaskan setiap amal dan gerakan da'wah kepada Allah. Karena hanya dengan cara demikian itu kita akan mendapatkan pahala dan kebaikan dari Allah Azza wa Jalla. Kita tidak boleh menyombongkan keberhasilan dalam membina kerena petunjuk yang diperoleh setiap mad'u itu semata-mata bersumber dari Allah. Hendaknya kita takut apa yang telah kita kerjakan dengan jerih payah itu akan hilang sia-sia di hari penghisaban.


Abu-Abdullah